Tuesday, May 5, 2009

Maryamah Karpor

Novel yang sangat 'best' untuk di baca...
Bila teringatkan kembali peristiwa-peristiwa yang dialami penulis sepanjang hidupnya banyak iktibar dan pengajaran yang boleh dia ambil.
Maryamah Karpor, tajuk novel ini dan cover depan buku ini bukanlah menggambarkan cerita sebenar. Maryamah hanyalah nama anak seorang pemilik warong kopi yang bernama Usah Kau Kenang Lagi dan sangat mahir bermain biola. Sedangkan Karpor adalah nama pemain catur handalan yang terkenal dan nama nya diambil sempena kegemaran penduduk kampung yang gemar melepak dan bermain catur.

"Ayah juara satu seluruh dunia, , arsitek kasih sayang yang tak pernah bicara, selalu mampu mengubah hal-hal sederhana menjadi memesona.

Aku bersumpah akan ke sekolah setinggi-tingginya, ke negeri mana pun, apapun rintangannya, apa pun yang terjadi, demi ayahku.

Aku seperti terbimbing invinsible hand, tangan yang tak tampak

Bukan main dangdut India

Biduan bergoyang, hatiku bimbang

Kemarin sore masih berjaya

Hari ini sehelai sepinggang

Bang Zaitun, adalah bukti nyata akibat poligami

Lihatlah aku, aku anak sungai, bumi, api dan anginmu, pulang, pulang untukmu.

Sakit gila nomor sebelas: ingin jadi jagoan seperti dalam film.

Sakit gila nomor tiga puluh: merasa dirinya seperti Dewa Marduk pujaan kaum sesat Babilonia, bisa menghidupkan orang mati.

Mereka kesatria di tanah nan peduli. Medali harus dikalungkan di leher mereka.

Para penganggur bertempur setiap hari melawan pesimis yang menggerogoti pelan-pelan, waktu yang hamper habis, kesempatan yang kian tipis, saingan yang makin ganas, kepercayaan diri yang merosot, dan harga diri yang longsor, pertempuran dalam perang yang terlupakan.

Pelajaran moral nomor enam belas, yaitu diperlukan penyelidikan paling tidak tujuh tahun, untuk benar-benar tahu bahwa seorang pria bukan bajingan.

Pelajaran moral nomor tujuh belas: jika anda berencana poligami, jangan memelihara ayam.

Hidup untuk memberi, memesona, seperti mengubah kata menjadi puisi.

Cinta buta telah berubah jadi halusinasi, penyakit gila nomor dua puluh dua.

Sakit gila nomor empat puluh satu: keranjingan manggung.

Sakit gila nomor tiga puluh delapan: membiarkan diri ditipu kacamata.

Keajaiban akan muncul bagi orang yang berani mengambil resiko untuk mencoba hal-hal yang baru.

Cinta rupanya dapat menisbat waktu, hingga tak berarti.

Cinta, bisa saja berbanding terbalik dengan waktu, tapi pasti berbanding lurus dengan gila.

* Novel ke empat dari tetralogi Laskar Pelangi ini rasanya tiada lagi di Malaysia. Untuk Novel pertama Laskar Pelangi,Novel ke dua Sang Pemimpi dan ke tiga Edensor telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Melayu oleh PTS. Namun saya lebih gemar menikmatinya didalam Bahasa Indonesia :)


No comments: